Berbicara
mengenai permasalahan perkotaan di Indonesia, pikiran kita tidak bisa
terlepas dari Jakarta. Jakarta adalah contoh yang sangat pas untuk
membahas sebuah – permasalahan dalam kota. Khususnya masalah kepadatan
penduduk. Masih jelas di kepala kita, beberapa waktu yang lalu banyak
isu yang menyebutkan bahwa ada rencana pemindahan ibu kota Republik
Indonesia. Kenapa? Karena Ibu kota yang sekarang dinilai tidak layak
lagi untuk dijadikan sebagai ibu kota. Ada alasan yang begitu rumit
untuk dijelaskan bahkan, aparat yang katanya pemimpin kota dan negeri
ini pun kelimpungan dan terkesan ngumpet-ngumpet ketika ditanyakan mengenai kota yang amat sembrawut
ini. Tidak hanya mengenai pemindahan kota Jakarta, tetapi yang lebih
mengerikan dari pada itu adalah ada wacana yang disebutkan para ahli
bahwa 2080 ada kemungkinan Jakarta akan tenggelam. Tidak heran jika
Koran Jakarta Post edisi Jumat, 08/21/2010 juga memperjelas hal tersebut mungkin akan terjadi, karena hari-hari ini pun kerap terjadi banjir di Jakarta.
Untuk itu, baik buat kita sekalian untuk mengerti arti dari sebuah kota. Kota.
Sangat sulit mendefinisikan kota secara umum, Pakar Perkotaan Gino
Germani pun sepakat dengan hal itu. Untuk dapat mendefinisikan kota
harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Misalnya Gino Germani, ia
mengatakan bahwa kota itu dapat dilihat dari dua sudut. Pertama demografis, yaitu bahwa kota itu pasti dihuni oleh penduduk yang relative besar. Kedua sosiologis,
yaitu dilihat dari banyak aspek seperti hukum (Athena dan Sparta),
ekonomi (Pusat Industri) dan social (personal). Jika pendapat ini
dihubungkan dengan Jakarta, maka Jakarta dapat dikatakan sebagai
akumulasi dari semua aspek tersebut. Jakarta sebagai pusat ekonomi,
social, budaya, hukum pemerintahan dan juga politik. Jakarta menjadi
pusat segala peradaban yang terjadi di Indonesia. Semuanya ada di
Jakarta. Masyarakat Indonesia memandang Jakarta sebagai tambang emas,
karena semuanya ada di Jakarta. Oleh karena itu banyak para urban
berbondong-bondong ke kota ini dengan tujuan dapat merubah kondisi
perekonomian di desa.
Jakarta dalam Surat kabar The Jakarta Post (edisi Jumat, 21 Agustus 2010) menyebutkan bahwa penduduk
Jakarta berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Menurut hasil sensus
nasional terakhir, ibu kota dihuni oleh hampir 9,6 juta orang melebihi
proyeksi penduduk sebesar 9,2 juta untuk tahun 2025. Populasi kota ini adalah 4 persen dari total penduduk negara, 237.600.000 orang.
Dengan angka-angka ini,
kita dapat melihat bahwa populasi kota telah tumbuh 4,4 persen selama
10 tahun terakhir, naik dari 8,3 juta pada tahun 2000. Apa yang dikatakan angka-angka ini? “Ibukota telah kelebihan penduduk.” Pada tingkat ini, Jakarta memiliki kepadatan penduduk 14.476 orang per kilometer persegi. Sebagai akibatnya, para pembuat kebijakan kota perlu merevisi banyak target pembangunan kota ini, termasuk penciptaan lapangan kerja, ketahanan pangan, perumahan, kesehatan dan infrastruktur, sebagai peredam masalah pada saat kota sudah mengalami kepadatan penduduk yang sangat menghawatirkan.
PENYEBAB
Jumlah penduduk
ditentukan oleh : 1. Angka kelahiran 2. Angka kematian 3. Perpindahan
penduduk, yang meliputi :a. Urbanisasi, b. Reurbanisasi, c. Emigrasi, d.
Imigrasi, yaitu e. Remigrasi, f. Transmigrasi. Yang menjadi focus
penyebab kepadatan penduduk Jakarta saat ini adalah adalah Urbanisasi.
Dimana, fakta berbicara bahwa penduduk kota Jakarta mayoritas adalah
para urban. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2010 mengatakan bahwa jumlah
penduduk Jakarta bertambah sebanyak 134.234 jiwa per tahun. Jika tidak
ada program dari pemerintah untuk mengendalikan laju pertumbuhan
penduduk, maka pada 2020 Jakarta akan menjadi lautan manusia. Kenapa
mereka berurbanisasi ke Jakarta?
Ada banyak faktor yang memicu urbanisasi misalnya; modernisasi teknologi,
rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada
di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya.
Pendidikan. Faktor
pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap melunjaknya jumlah penduduk.
Universitas terbaik di Indonesia baik negeri maupun swasta ada
perkotaan termasuk di Jakarta. Lapangan Kerja.
Jakarta sebagai kota besar dan berpenduduk banyak tentunya sangat
menjanjikan untuk orang-orang kecil yang berniat untuk mencari sesuap
nasi dikota ini mulai dari pedagang kaki lima (PKL), pedagang asongan,
tukang ojek, tukang sngat menjanjikan untuk hidup.emir sepatu, buruh
pabrik, pembantu rumah tangga, office boy, satpam, sopir,
kondektur dll yang penting bisa bekerja tanpa nmempunyai keahlian
khusus. Jika ditambah dengan orang-arang yang berkeahlian khusus yang
didatangkan dari luar kota maupunh luar negeri untuk bekerja di Jakarta.
Pusat Hiburan. Jakarta merupakan magnet dan pintu gerbang Indonesia.
Indonesia mempunyai daya tarik tersendiri sebagai kota Jakarta dekat
dengan tempat – tempat hiburan yang sperti mall, pantai indah kapuk,
dufan, pantai Tidung, sea world dan banyak arena-arena yang lainnya yang
tidak ada di kota-kota lain di Indonesia.
DAMPAK
Pasti ada dampak dari suatu hal yang berlebihan begitu pula overloadnya
Jakarta. Kesesakan yang diakibatkan oleh berlebihannya pendduduk
Jakarta mengakibatkan; Sifat Konsumtif, Kekumuhan kota, Kemacetan lalu
lintas, Kriminalitas yang tinggi, Struktur kota yang berantakan, isu
Jakarta tenggelam, Banjir, pelebaran kota dengan tata kota yang tidak
baik, melonjaknya sector informal, terjadinya kemerosotan kota, dan
pengembangan industry yang menghasilkan limbah.
Dalam hal perbaikan, pemerintah Jakarta memang mengambil langkah-langkah untuk membatasi urbanisasi. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi masuknya migran ke kota, dengan hanya mereka yang telah dijamin pekerjaannya
diijinkan untuk tinggal di kota, sementara petugas dari lembaga
ketertiban umum kota sering melakukan serangan terhadap warga ilegal.
Semua upaya untuk mengekang tingkat kelahiran di kota itu akan menjadi tidak berarti jika kita tidak dapat membatasi urbanisasi. Untuk mengatasi masalah ini, Jakarta tidak bisa bekerja sendiri karena masih ada faktor yang mendorong urbanisasi dari berbagai daerah. Namun Semua
masalah ini hanya bisa dipecahkan jika ada kemauan politik dari
pemerintah pusat untuk menangani masalah mengurangi kesenjangan antara
Jakarta dan provinsi-provinsi lainnya.
sumber : www. kompasiana .com
0 komentar:
Posting Komentar