Rahmad Darmawan di kediamanya, Cikokol Tangerang, Banten, Senin (19/12).
Foto; Agus Wahyudi / JAWA POS
Mundur dari kursi pelatih
timnas U-23 tidak malah membuat Rahmad Darmawan bisa santai. Selain
harus kembali menjalankan tugas sebagai tentara, dia sibuk melayani
permintaan wawancara dari wartawan
GERIMIS mengguyur kawasan perumahan Victoria Park Residence di Karawaci,
Tangerang, kemarin siang. Salah satu di antara ratusan rumah di area
menengah ke atas itu adalah milik Rahmad Darmawan, mantan pelatih timnas
PSSI U-23. Dua mobil keren nongkrong di garasi. Masing-masing punya
pelat nomor istimewa. Yakni, B 678 SFC dan B 678 DAF.
Hari-hari Rahmad kini banyak bersinggungan dengan wartawan. "Setelah
ketemu sampean, saya masih ada janji wawancara lagi," katanya. "Meladeni
wawancara teman-teman media adalah sebagian aktivitas saya sekarang.
Sebenarnya, saya tidak menginginkan mundurnya saya dari timnas menjadi
isu sebesar ini. Tapi, ya sudah. Saya akan menjelaskan apa adanya,"
lanjut pelatih yang membawa timnas U-23 meraih medali perak SEA Games
XXVI/2011 itu.
Selain sibuk melayani wartawan, Rahmad harus kembali menjalankan
kewajiban sebagai anggota TNI. Pelatih yang akrab disapa RD tersebut
adalah anggota Marinir aktif berpangkat kapten. Lelaki kelahiran 28
November 1966 itu bertugas di Dinas Perawatan Personel TNI-AL
(Diswatpersal) sebagai Kasubsi Oraum (olahraga umum).
"Sekarang tiap hari saya ngantor di Mabes TNI di Cilangkap. Beberapa di
antara tugas saya adalah mengurusi olahraga dan penerimaan calon
prajurit TNI-AL," ungkap Rahmad.
Rahmad masuk militer pada 1990 dengan menggunakan ijazah dari Fakultas
Pendidikan Olahraga IKIP Jakarta (sekarang UNJ). Orang yang menyuruhnya
mendaftar adalah Evert Erenst Mangindaan, manajer timnas kala itu yang
kini menjadi menteri perhubungan.
Rahmad menjalani pendidikan di Akmil, Magelang, dan lulus pada 22 Juni
1991. Setelah itu, dia mengikuti kejuruan matra laut di Surabaya dan
melanjutkannya dengan dinas pertama di Pangkalan Marinir Cilandak. Tujuh
tahun bertugas, Rahmad dimutasi ke Markas Komando Marinir di Jakarta.
Setelah itu, Rahmad pindah ke Lantamal III Jakarta, balik lagi ke Mako
Marinir, hingga kini di Mabes TNI di Cilangkap.
Karena banyak berkutat di lapangan hijau, sampai saat ini pangkat Rahmad
baru kapten. Padahal, sudah ada rekan seangkatannya yang berpangkat
kolonel. "Itu risiko. Saya tetap bersyukur. Diberi izin berkarir di
sepak bola saja, saya sudah sangat senang. Saya bangga menjadi bagian
mereka (Marinir, Red)," papar dia.
Karena sebelumnya jarang ngantor, Rahmad mengaku agak kaku saat harus
kembali menjalankan tugas di kesatuan. "Awalnya, saya merasa tidak enak.
Saya rasa, itu wajar dan kita tidak butuh waktu lama untuk cair," kata
suami Dinda Eti Yuliawati tersebut.
Rahmad senang karena dukungan dari kesatuannya sangat besar. Selain
memberikan dispensasi, pada saat-saat tertentu rekan-rekan dan
pimpinannya memberikan dukungan istimewa. Misalnya, saat final SEA Games
lalu. Di partai puncak melawan Malaysia, Rahmad mengenakan topi hitan
bertulisan "Marinir". Topi itu adalah kiriman langsung dari Komandan
Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin. Di bagian dalam topi
tersebut, tertulis pesan penyemangat dari sang komandan, "Coach RD, kita
pasti menang! M 1."
Meski gagal mempersembahkan medali emas, kemudian memutuskan untuk
mundur, Rahmad tetap laris manis. Selain diburu klub dan media, ayah dua
anak itu beberapa kali muncul sebagai bintang tamu di beberapa stasiun
televisi. Tak melulu acara olahraga, tetapi juga acara humor.
Dalam sebuah acara, Rahmad sukses mengocok perut pemirsa dengan
aktingnya yang konyol. Padahal, dia mengaku sama sekali tidak punya
kemampuan teater atau semacamnya.
"Saya suka ngocol saja. Itu bawaan saya sejak SMP dulu. Saat timnas
menjalani pemusatan pra-Piala Dunia 1989 di Jerman, saya didapuk melawak
di depan duta besar Jerman dan para stafnya. Saya maju saja dan sukses
membawa mereka tertawa," jelasnya.
Lantas, apa rencana Rahmad ke depan? Ayah Febia Aldina Darmawan, 19, dan
Aldi Darmawan, 12, itu belum memutuskan. Dia baru akan menetapkan
pilihan pada awal tahun baru nanti.
Rahmad memiliki beberapa pilihan. Salah satunya adalah mengambil
sertifikat pro license. Untuk itu, dia butuh waktu enam bulan dan
dukungan dari PSSI.
Pilihan lain yang kini dipikirkan oleh Rahmad adalah melatih salah satu
klub di Indonesia. Ada empat klub yang berminat merekrut lelaki
kelahiran Metro, Lampung, itu. Salah satu yang paling giat adalah Pelita
Jaya, klub milik keluarga Bakrie.
"Saya ingin santai dulu sambil terus introspeksi. Saya masih ingin
ngumpul bersama keluarga," ungkap pelatih paling fair play versi Jawa
Pos Group pada musim 2009 itu.
Putri pertama Rahmad, Febia, kebetulan kini berada di tanah air untuk
menikmati liburan. Dia adalah siswa sekolah penerbangan di Filipina.
Soal pendidikan buah hatinya itu, Rahmad menyatakan tidak pernah
memaksa.
"Itu atas pilihan sendiri. Saya tidak pernah mengarahkan. Mungkin ketularan ibunya yang dulu pramugari," bebernya
0 komentar:
Posting Komentar